Silaturahmi dengan keluarga besar dan tetangga seolah menjadi satu hal yang wajib dilakukan pada saat kita liburan 'annual leave' dari Parrot Cay. Apalagi di kampung, dimana kultur kekeluargaannya masih cukup kental. Seperti yang penulis alami sendiri, terkadang keluarga dan tetangga berdatangan ke rumah hanya untuk sekedar bercengkerama setelah kurang lebih setahun tidak bertemu. Ada yang guyon bertanya, "Berapa karungkah kamu bawa uang pulang?", atau ada juga yang bertanya, "Apa disana ada saljunya?, bagaimanakah bentuk salju itu?" dan segudang pertanyaan lainnya.
Ada satu pertanyaan yang terkadang penulis kesulitan menjawabnya yaitu "Dimanakah kamu bekerja?". Pertanyaan ini sering muncul dan penulis selalu saja kurang sreg dalam menjawabnya. Kalau kebetulan yang bertanya sedikit mengerti geografi dasar atau setidak-setidaknya sering nonton TV atau baca koran maka pertanyaan itu cukup dijawab dengan "Saya bekerja di Turks Caicos Island, Carribbean". Tapi bagi orang di desa, bisa ditebak, mereka tidak mengerti sama sekali. Tapi memang wajar, begitulah kalau orang di pedesaan, jangankan mengenal Turks Caicos Island, mendengar Carribbean saja mereka menjadi bingung. Tak mau mengecewakan mereka, penulispun membeli sebuah globe seukuran bola volley, tapi sayang TCI tidak ada di globe itu. Mungkin perlu globe yang lebih besar.
Penulis tidak kehilangan akal, penjelasanpun ditambah dengan mengatakan bahwa Turks Caicos Island itu terletak di sebelah utara negara Jamaica atau disebelah selatan Miami, kurang lebih 12 jam naik bis. Kenapa pilih analoginya naik bis? Lagi lagi harap maklum, penulis berada di kampung halaman, kalau dibilang satu jam naik pesawat, tentu bagi mereka kurang jelas karena rata rata mereka tidak pernah naik pesawat. Tetap juga mereka lanjut bertanya, Jamaica itu dimana, Miami itu dimana? Akhirnya Amerika Serikatpun menjadi senjata pamungkas. Hebat benar Amerika ya, terkenal sampai ke pelosok negeri :).
Berbekal pengalaman tersebut, sejak saat itu tiap ada orang yang bertanya maka penulis selalu jawab; Miami, AS. Gampang dan bisa meredam pertanyaan selanjutnya ditambah lebih keren kedengarannya. Sejak itulah semua orang dikampung mengganggap penulis bekerja di Miami AS. Sampai sampai ibu penulis sendiri dipanggil dengan sebutan Dadong Miami (dadong artinya nenek, yang mengasuh cucunya/anak penulis dikampung).
Rupanya kejadian yang penulis alami tidak saja berlaku di desa, dikota sekelas Denpasarpun orang masih tidak tahu dimanakah itu TCI. Mendengarpun mereka tidak pernah. Saat penulis diwawancarai lewat email oleh seorang wartawan Sarad Bali tentang geliat aktivitas orang Bali di luar negeri, sudah ditekankan sedemikian rupa tentang TCI namun sulit bagi mereka untuk memahami dan akhirnya Miamipun dibawa-bawa saat tulisan itu terbit. Artikel lengkapnya bisa dibaca di http://www.saradbali.com/edisi73/nyamabraya.htm. TCI oh TCI, adakah yang punya pengalaman lain?
No comments:
Post a Comment